Bukan, bukan Nakayoshi dan Shonen Magazine, karna mereka adalah majalah komik yang menghadirkan komik jepang, seperti impor dari majalah komik jepang ke Indonesia, sebelum dijadikan tankoubon di indonesianya.
Bukan, bukan majalah jepang kayak Animonster de el el, itu mah majalah entertainment jepang dalam segi anime yang mepet-mepet ke entertainment para artisnya juga
Gue juga bukan lagi ngomongin RE:ON karna majalah itu kontennya random, mulai dari genre shoujo ampe shonen, mulai dari slice of life sampai fantasy, anything manga-ish were published.
Gue ngomongin Shonen Fight
Jadi ceritanya gue lagi depresi di studio karena di Project 2 semester 4 ini gue doomed abis, ga ngerti, progres dikit, demotivasi tingkat tinggi, dan banyak hal lain yang terjadi di hidup gue (oke this is true, but lebay). Kebetulan bangku studio gue sebelahan ama salah satu cowok langka di Jurusan gue (yang cuma ada 4 cowo), satu-satunya yang ngerti dunia animanga yang kadang ngajak gue ngobrol tentang itu secara random di kelompok gue.
Kebetulan aja, temen sebelah gue ini salah satu staff Shonen Fight, terus dia promosi. Karna emang gue tertarik dengan perkomikan Indonesia (se otaku apapun gue, gue masih cinta karya bangsa ini) jadi gue minta info Pre Order dll nya.
Gue agak heran awalnya kenapa ni anak tau banyak soal Shonen Fight yang belum rilis, taunya kakaknya Vice Editor dan dia sendiri Supporting Staff beneran Shonen Fight. Dia bahkan udah baca semua isinya dan kasih review beberapa judul ke gue, kayak "Komikus ini art nya bla bla bla" atau "Gue paling suka cerita yang bla bla bla"
Somehow it's annoying he got to know everything ahead everyone else and give away spoiler, make me want to read it even more, but it's okay. Gue ntar liat pemahaman kita sama apa beda, soalnya dia termasuk "smart viewer" yang gak ngasal kasih komen.
Anywaaaaaaay
Sebelum UAS Shonen Fight dateng ke rumah gue lewat malaikat yang namanya tukang pos di tengah kesibukan tugas. Gue langsung buka dan langsung skimming, tapi di halaman 2 percetakannya ga bener dan ada dua halaman yang gak kepotong dan nyatu..
Gue protes ke temen gue si Supporting Staff. Bodo amat dia harus tau. Walau akhirnya dia cuma bales "Wkwk lagi apes lu"
Gue skimming dan skimming~
Setelah dapet first impression, gue tutup dan balik nugas. Setidaknya gue udah ga sepenasaran sebelumnya.
Setelah Internal (yang agak menyedihkan dan gue ga tega nge post kisah Internal gue disini seperti Internal semester kemaren, yap gue emang lagi apes kayanya), gue baca beneran semuanya.
Well gak semua. Gue ga baca Oh Blood! dan Winternesia dengan baik. Komikusnya perlu membuat gambar komiknya lebih "bersih" dan perlu ngeblok beberapa bagian yang cuma di rendering garis2 berantakan ngasal pake pulpen. I mean, it's easier to just fill it with black ink, it's cleaner, why the hell are you guys just make some random line, it's not even a good rendering line!! If you want to make it different with "this side is less darker so I put some manual rendering", hell no, make it a beautiful straight lines or just buy some gray screen tone, will ya?
Overall, masih kurang hahaha
Soal Konten:
(I am not one to talk, tapi setidaknya karna udah baca ratusan judul manga berbagai genre dari shonen, shoujo, seinen, josei, slice of life, fantasy, sci fi, mystery, psychological, supernatural, sport, historical, dll gue setidaknya udah baca ratusan konten juga. Oiya, gue baca semua genre KECUALI yang ada kisah cinta sesama jenis. It's pure trash and disgusting so I won't even look at it)
[SPOILER ALERT START FROM HERE]